Slide Show

  • Everyday I'm shufflin!
  • Break the physical and mental obstacles
  • Area Eksplorasi Kreatifitas dan Inovasi Anak Muda Indonesia
  • Teknik Fotografi Yang Membuat Kita Tampak Melayang
  • Dalam Nuansa Casual, Urban dan Maskulin

Sunday, September 25, 2011

#UrbanArts : errr- magazine

from : errr-magazine/facebook

Errr- nama yang unik dan catchy untuk sebuah majalah, dan membuat orang-orang penasaran dengan isi dari majalah ini.

Yap, err- magazine adalah majalah yang membahas mengenai visual art dan literature di negara Mexico, dengan konsep free magazine yang terbit dua-bulanan. Majalah yang memulai debutnya di bulan Maret 2009 ini hanya didistribusikan di butik atau concept store ternama di Mexico city. Eksistensinya sebagai media untuk orang-orang kreatif masih bertahan sampai sekarang berkat kerja keras dan ide-ide brilliant dari pendirinya Abel Ibáñez Galván dan Andrea Belmont.   

from : kq-skrju.livejournal.com
Keunikan
Yang membuat errr- magazine unik dan berbeda dari majalah lainnya bisa dilihat dari segi packaging-nya. Disini errr- magazine menggunakan sebuah amplop berwarna coklat. Dimana kalau kita buka amplopnya kita bukan hanya mendapatkan majalahnya saja, tapi juga ada beberapa stiker, poster, atau flyer.
Isi dari majalahnya sendiri memang bisa dibilang edgy. Berisi photo, ilustrasi, dan cerita dari orang-orang di seluruh penjuru dunia. Ya, errr- magazine memang terbuka untuk siapapun yang tertarik untuk mengirimkan karyanya melaui e-mail di estoesmio@errr-magazine.com.

*juga bisa membaca majalah ini dalam versi digital di :
www.errr-magazine.com*






from : yulibow.blogspot.com

















                                                     
                                                                    Cover for the latest editon. from: coverjunkie.com

Mungkin kalau di Indonesia, errr- magazine ini mengingatkan kita sama majalah Concept. Cuma errr- magazine itu terasa lebih edgy.

Nah, mengutip dari majalah Nylon Guys Indonesia, Abel Ibáñez Galván berkata “kamu tidak perlu menjadi seorang seniman untuk membuat sebuah karya”. So guys, jangan pernah takut untuk mencoba dalam membuat sebuah karya. “Passion rules!” – Rene Suhardono.J



(sumber: errr-magazine.com; Nylon Guys Indonesia edisi jul-augt)

Thursday, September 22, 2011

#Urban Spot : Social Media Fest 2011 at fx lifestyle X’ntre



Event social media terbesar di Indonesia yang digagas oleh salingsilang.com dan dailysocial.net bersama fx lifestyle X’ntre sebagai venue dari acara ini, berlangsung dari tanggal 22 - 24 September 2011. Dalam tiga hari akan berlangsung berbagai acara yang membahas mengenai seluk-beluk social media oleh berbagai komunitas, perusahaan, brands dan agency.

Social media yang juga disebut-sebut sebagai new media ini menjadi fenomena yang begitu menarik untuk dibahas. Karena Indonesia sendiri menjadi negara ke-3 di dunia yang menghasilkan tweet terbanyak di twitter setelah USA dan Brazil. Dan juga menjadi negara ke-2 sebagai pengguna facebook terbanyak di dunia. Tentunya peringkat ini memperlihatkan bahwa Indonesia menjadi negara yang potensial dalam pengembangan social media sebagai new media untuk berbagai kepentingan.

Indonesia dengan karakterisitk culture dan masyarkatnya yang unik menjadi fenomena tersendiri dalam perkembangan social media. Bagaimana social media yang awalnya hanya sebagai tempat berkomunikasi melalui dunia maya menjadi sebuah gerakan-gerakan sosial yang tanggap terhadap issue sosial. Misalnya koin keadilan untuk Prita, dan Indonesia Unite ketika tejadi serangan teroris di Marriot dan Ritz Carlton. Dan masih banyak lagi gerakan-gerakan sosial lainnya yang digagas oleh berbagai komunitas.

Nah, bagi pengguna social media yang masih belum meng-explore potensi social media. Kalian bisa belajar melalui berbagai acara yang ada disini, minimal bisa mengetahui bagaimana berbagai komunitas ini menggunakan social media sebagai media dalam mengkampanyekan kegiatan mereka. Bagi yang memiliki brands atau terkait dengan urusan branding, juga bisa lebih memahami bagaimana cara-cara branding yang efektif melalui social media. Event social media fest ini menjadi alat untuk bertemu dengan para pengguna social media, berinteraksi dan hangout dengan mereka.

Sayang kalau event ini gak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jadi jangan sampai kelewatan guys! Langsung meluncur ke fx. J

Monday, September 19, 2011

#Urban arts : [PARKOUR] break the physical and mental obstacles




Berlari, melompat, memanjat, salto, dan rolling adalah kata-kata yang muncul di pikiran kita ketika mendengar istilah Parkour. Tapi sebenarnya lebih jauh dari itu Parkour tidak bisa dilihat hanya sekedar extreme sport saja melainkan penuh dengan filosofis mengenai kehidupan.

Kata atau istilah Parkour itu sendiri diambil dari bahasa Perancis “parcours du combatant”, istilah dalam metode pelatihan militer yang menggunakan obstacles/rintangan-rintangan. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Georges Hébert. And then somehow kata “parcours” telah berkembang lalu diubah menjadi “parkour”. Dan David Belle adalah orang yang dikenal sebagai founder dari Parkour.

David Belle kemudian bertemu dengan teman-temannya yang memiliki passion yang sama membentuk sebuah team Parkour yang bernama “Yamakasi” *sounds familiar?*. Ya, Yamakasi pernah dijadikan sebuah proyek film dengan judul yang sama oleh Produser Luc Besson yang diperankan oleh team Yamakasi itu sendiri. Bisa dibilang film ini juga menjadi media dalam memperkenalkan parkour ke masyarakat yang lebih luas.

Parkour adalah metode yang fokus melatih cara bergerak melewati obstacles/rintangan-rintangan yang ada secara cepat dan efisien dengan cara melompat, rolling, berlari, dan memanjat. Area kota-kota besar seperti Paris atau New York dengan berbagai obstacles menjadi salah satu area favorit traceurs (praktisi Parkour), seperti yang kita lihat dalam scene di film.

But did you know guys? Kalau ternyata gerakan-gerakan dalam Parkour itu memiliki unsur-unsur filosofis mengenai kehidupan. Ya, seperti yang dikatakan di kalimat sebelumnya, Parkour itu memiliki dua karakteristik yang kuat yaitu kecepatan dan efisien. Dimana kecepatan dan efisien ini memang perlu dilatih dalam melakukan berbagai pekerjaan, sehingga pekerjaan yang dilakukan pun hasilnya maksimal. Selain itu gerakan dalam Parkour juga dapat melatih untuk menumbuhkan rasa kepercayaan diri dan merangsang untuk berpikir kritis. Dan.. ini nih yang mungkin sering dirasakan disaat kita sedang ber-Parkour-ria yaitu kebebasan. Karena Parkour juga merupakan kebebasan dalam berekspresi. Jadi, Parkour dapat melatih bagaimana cara bergerak dalam melewati berbagai obstacles yang berupa fisik maupun mental bagi kita. Itu jiwa Parkour yang ingin David Belle tunjukkan kepada dunia.

Hmmm… kalau liat aksi-aksi seru Parkour di film-film seperti scene lompat dari gedung ke gedung, salto dan free running di tembok jadi kepingin juga melakukan hal-hal yang keren seperti itu. Kalau gue sendiri sihh paling baru bisa sikap lilin. #kemudianhening -,-
Sehat, udah pasti. Keren, otomatis jadi pusat perhatian. Juga bisa melatih mental jadi lebih baik. Nah, berminat ikutan Parkour juga? Mending langsung aja guys, join klub Parkour di kota-kota dimana lo tinggal. J

Sumber : Wikipedia


Here is a little guides about Parkour :

-  What do you must have seen (movies)?
 Yamakasi, D13
-  What do you wear?
Upper : T-shirt, sleeveless
Pants : Training pants, light shorts
Footwear : running shoes which are light, good grip, and flexible
-  Where do you find any further information (Indonesia only)?

T-Shirt, from : cafepress.com











Shorts, from : stores.ebay.com
Pants, from : parkourshop.ru

Shoes, from : parkour-spot.com


Tuesday, September 6, 2011

#Urban Spot : [Concept Store] Area Eksplorasi Kreatifitas dan Inovasi Anak Muda Indonesia

Perkembangan brand-brand lokal di Indonesia yang sekarang semakin marak, tidak lepas dari peran media dan juga Concept Store sebagai tempat untuk memamerkan dan menjual karya dari para desainernya. Tidak hanya sampai disitu, Concept Store juga bisa ikut berperan dalam merangsang kreatifitas dan inovasi anak muda Indonesia untuk selalu menghasilkan karya-karya yang ciamik. J

Mungkin masih ada yang belum familiar dengan istilah Concept Store. Nah dari berbagai sumber, secara definitf Concept Store itu bisa diartikan sebagai Store/tempat yang memamerkan dan menjual berbagai brand dengan berbagai produk yang menghadirkan modern experience in shopping dengan konsep yang kreatif dan inovatif. Lebih gampangnya bisa kita bandingkan dengan Department Store. Concept Store itu sebenarnya mirip dengan Departement Store yang ada di mall-mall yang biasa kita kunjungi. Nah perbedaannya bisa dilihat dari produk yang dijualnya. Department Store menjual produk-produk yang dibuat secara massal, sedangkan Concept Store menjual berbagai brand yang jumlah produknya terbatas/limited langsung dari para desainernya. Jadi produknya dijamin gak pasaran dan pastinya berkualitas ;). Concept Store juga tidak hanya menjual produk-produk fashion dan aksesoris saja, tapi juga produk aksesoris interior rumah, buku, CD, aksesoris musik, sampai sepeda. Biasanya produk-produk yang di jual di Concpet Store juga lebih banyak buatan lokal, walaupun ada beberapa produk brand international


Berdasarkan informasi dari Wikipedia, ternyata Concept Store ini sudah ada sejak tahun 1990-an. Yak, salah satunya adalah 10 Corso Como, berada di Milan-Italy yang juga diklaim sebagai Concept Store pertama di dunia. Carla Sozzani, kelahiran USA yang mengambil gelar masternya di Italy, adalah orang dibalik eksistensinya 10 Corso Como yang sekarang sudah berusia 20 tahun. Kemudian mulai bermunculan Concept Store lainnya seperti Colette (Paris), Quartier (Berlin), Urban Outfitters (USA) dan lain-lain. Setiap Concept Store di masing-masing kota/negara memiliki karakter yang berbeda-beda yang mungkin merepresentasikan kota/negara-nya tersebut. Nah, berikut beberapa gambar/photo Concept Store di dunia : 

(10 Corso Como, Milan-Italy. from www.vogue.it)
(Colette, Paris. From : www.vogue.it)

































(Darkroom. from: www.vogue.it)
(Tokyo Hipsters Club. from: www.vogue.it)
Lalu bagaimana dengan perkembangan Concept Store di Indonesia sendiri? Hmmm… Kalau kita flashback ke tahun 1998, 2000-an (era reformasi) setelah Indonesia dilanda krisis ekonomi, mulai bermunculan distro-distro (Distribution Outlet) yang dipelopori oleh anak-anak muda kota Bandung. Sebut saja UNKL347 yang bisa dibilang sebagai pioneer Distro di Indonesia. Nah sejak saat itu brand-brand lokal juga mulai bersaing di pasaran. Mungkin pada saat itu juga telah muncul Concept Store, karena beberapa produsen/desainer tidak mempunyai store sendiri sehingga menitipkan produknya di Distro-Distro. Lalu muncul Distro yang memang menjadi tempat untuk menjual beberapa karya desainer dengan brandnya masing-masing. Tapi apa itu bisa disebut sebagai Concept StoreEntahlah. Yang jelas di tahun 2010 mulai bermunculan beberapa Concept Store di Jakarta seperti: The Goods Dept (Plaza Indonesia), Mazee (FX), Manekineko (EpiWalk), juga Happy Go Lucky di Bandung. Setiap Concept Store memiliki konsep dan karakter tersendiri. Seperti misalnya The Goods Dept yang memiliki Concept Store dengan ciri khas Street Style, Edgy yang melekat pada lifestyle kaum muda urban di Ibu Kota. Untuk produk-produk yang dijual pun sebagian besar memang brand-brand lokal seperti : Satcas, Nikicio, Amble Footwear, Easton, Pots meets pop, All TheThingsIveDone dan masih banyak lagi. Dari mulai produk fashion, aksesoris, CD, alat musik, buku, sepeda hingga aksesoris interior rumah berada dalam satu area. The Goods Dept juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk launching produk, Album CD, pemutaran film indie, bahkan sebagai tempat photo shoot.
(The Goods Dept, Plaza Indonesia. from : www.imageschuzailiving.wordpress.com)

(salah satu sudut The Goods Dept. from : www.solojetset.blogspot.com) 

Dengan hadirnya Concept Store di Indonesia, tidak hanya menjadi tempat untuk memamerkan dan menjual produk-produk brand lokal saja. Tapi juga sebagai wadah untuk menampung dan merangsang kreatifitas dan inovasi para desainer-desainer muda Indonesia dalam bidang seni.

Jadi guys, masih branded oriented? Well, gak ada salahnya membeli dan menggunakan produk-produk branded. Tapi gak ada salahnya juga kalau kita bisa ikut menghargai karya anak bangsa dengan membeli dan menggunakan produk-produk brand lokal. Kalau bukan kita, siapa lagi yang bisa menghargai bangsanya sendiri? Maju terus desainer-desainer muda Indonesia! J




Sumber : 
www.slowretailen.wordpress.com ; Wikipedia; www.vogue.it ; kapanlagi.com